Selasa, 02 Juli 2013

Kemiskinan dan Pengagguran

Suatu ketika pernah BPS merilis angka pengangguran dan kemiskinan. Kontan orang bertanya-tanya akan data yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah tersebut. Hal yang menjadi bahan pertanyaan adalah tidak sejalannya angka pengangguran dan angka kemiskinan. Banyak yang berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara angka pengangguran dan angka kemiskinan.


Menurut argumen sebagian orang jika pengangguran naik maka kemiskinan akan naik juga. Demikian sebaliknya bila angka pengangguran turun maka angka kemiskinan juga turun. Namun yang disampaikan BPS justru sebaliknya, angka pengangguran naik tetapi angka kemiskinan malah turun. Jelas suatu hal yang kontradiktif. Jangan-jangan BPS telah merekayasa data sehingga dibuat angka kemiskinan turun kendati pengangguran naik.
Komisi kemiskinan dunia menyatakan pengangguran menjadi penyebab utama kemiskinan. Sebagian besar kemiskinan di dunia ketiga karena tidak tersedianya lapangan kerja yang memadai. Sehingga banyak angkatan kerja yang harus menganggur atau menerima pekerjaan dengan tingkat upah yang minim dan jauh dari mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga banyak penduduk di dunia ketiga terpaksa harus hidup dibawah garis kemiskinan.
Namun apakah setiap kenaikan pengangguran akan berakibat naiknya angka kemiskinan. Untuk melihat hubungan tersebut dapat kita lihat kasus di Finlandia. Sebelum keruntuhan Uni Soviet, ekspor hasil industri Finlandia banyak ditujukan ke negara komunis tersebut. Namun saat Uni Soviet bubar Finlandia kehilangan pasar potensialnya. Akibatnya banyak industri yang bekerja dibawah kapasitas produksi.
Lonjakan pengangguran tak terelakan karena terjadi pengurangan pekerja. Tercatat pada tahun 1993 pengangguran di Finlandia sebesar 16,3 persen jauh diatas angka tahun 1991 yang hanya 3,2 persen. Namun kenaikan angka pengangguran ini tidak serta merta membuat angka kemiskinan di  negara tersebut melonjak tajam. Salah satu sebab tidak terlihatnya hubungan yang positif antara pengangguran dan kemiskinan adalah konsep yang dipakai untuk mengukur kemiskinan. Di negara Finlandia untuk mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemiskinan relatif, dimana tingkat kemiskinan dihitung berdasarkan setengah median pendapatan.
Untuk kasus data yang dikeluarkan BPS ada beberapa sebab mengapa hubungan antara kedua angka tersebut terkadang menjadi berbeda arah, diantaranya adalah:
1.      Waktu pengumpulan data yang berbeda. Data kemiskinan dikumpulkan melalui survai Susenas sementara data pengangguran dikumpulkan lewat survai Sakernas. Kedua survai ini tidak selalu waktunya bersamaan.
2.      Unit sampling Susenas dan Sakernas sama-sama rumah tangga namun unit analisis Susenas modul konsumsi adalah rumahtangga, sementara untuk Sakernas unit analisisnya adalah individu.
3.      Kemiskinan dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran perkapita sebuah rumah tangga. Seseorang yang tiba-tiba menjadi  pengangguran dan tidak berpenghasilan tidak serta merta jatuh miskin jika didalam rumahtangga tersebut ada yang memiliki penghasilan yang tinggi. Sehingga secara rata-rata pengeluaran perkapita rumah tangga tersebut tetap diatas garis kemiskinan.
Banyak literatur yang menyatakan adanya hubungan yang positif antara angka kemiskinan dan pengangguran. Namun secara empiris sangat tidak mudah untuk menunjukan hubungan positif tersebut.


Referensi :  Saiful Hidayah, S.Si